Kamis, 27 Februari 2014

Mitos dan Tradisi di Tanah Grogot, Dan Tanah Grogot(PASER)

Tradisi Daerah:

Mitos dan Tradisi di Kabupaten Paser,Tanah Grogot bisa di di bilang cukup unik dan tidak bisa di jelaskan dengan Logika,tapi mitos ini sangat nyata dan real.Mitos yang sering terdengar di kota Tanah Grogot ialah "KEPUHUNAN".Kalimat tersebut terucap apabila terjadi suatu insiden/kecelakaan pada seseorang.Karena KEPUHUNAN terjadi akibat dari seseorang yang ingin bepergian yang sebelum pergi dia ingin makan/minum atau di tawari seseorang untuk makan/minum tetapi karena terburu - buru jadi tidak sempat menyantap/menyicipi makanan/minuman tersebut dan pada saat di perjalanan terjadi kecelakaan kecil/besar.Memang tidak bisa di jelaskan dengan logika,mau percaya ataupun tidak tapi kejadian tersebut nyata dan pernah saya alami sendiri.Dan TRADISI tersebut masih di lakukan oleh warga Tanah Grogot hingga saat ini.Mungkin istilah "KEPUHANAN" ini tidak hanya ada di Tanah Grogot,tetapi di wilayah Kalimantan lainnya sebutan ini juga tidak asing dan istilah "KEPUHUNAN" ini hanya ada di KALIMANTAN,karena setelah saya survei di berbagai provinsi yang ada di indonesia khususnya yang pernah saya datangi adalah di wilayah Jawa Tengah ( Jogja,Tegal,Brebes),Jawa Barat (Bandung,Bogor),Jakarta tidak ada istilah "KEPUHUNAN".Apabila teman - teman yang berada di luar kota Tanah Grogot yang ingin berlibur atau jalan - jalan di seputaran Kabupaten Paser dan tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak di inginkan apalagi yang ingin berpergian jauh di sarankan untuk menyicipi makanan/minuman dahulu sebelum bepergian dan menyicip makanan/minuman yang di tawarkan kepada anda walaupun sedikit suka atau tidak suka makanan/minuman tersebut.Hingga sekarang mitos dan tradisi tersebut masih melekat dan tidak asing bagi warga Tanah Grogot dari yang muda hingga yang tua.
Berikut makanan dan minuman yang sangat sensitif dalam istilah "KEPUHUNAN" :Makanan :


  1. Nasi
  1. Ketan
Minuman : 
  1. Air Putih
  1. Kopi
Semoga informasi ini bermanfaat bagi teman - teman dan warga Tanah Grogot atau pendatang baru yang masih belum tau tentang cerita tersebut.Tapi pada intinya apabila kita ingin bepergian hendaknya membaca doa dulu sebelum bepergian agar tidak terjadi kecelakaan dan hal - hal lain yang tidak di inginkan.Terima Kasih.


Tanah Grogot (disingkat: TGT[1]) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Paser,Kalimantan TimurIndonesiaTanah Grogot merupakan ibukota dari kabupaten Paser.

Sejarah

Asal-usul nama Tanah Grogot

Asal-usul nama Kota Tanah Grogot[2] berdasarkan cerita setempat tidak dapat dilepaskan dari peristiwa sejarah di Sulawesi Selatan. Menurut Lontara Wajo dikisahkan ketika Raja Bone La Patau Matanna Tika mengundang Arung Matoa Wajo La Salewangeng untuk menghadiri pesta melubangi telinga putrinya. Bersamaan dengan itu ikut pula La Madukelleng. Sebagaimana kebiasaan bahwa sudah menjadi kegemaran bangsawan Bugis dalam setiap pesta raja-raja pada masa dahulu sering mengadakan pesta sabung ayam.
Pada pelaksanaan sabung ayam tersebut terjadi ketidakadilan dalam penyelenggaraan acara, saat ayam putera Raja Bone mati dikalahkan oleh ayam Arung Matowa Wajo. Kemenangan itu tidak diakui oleh orang Bone dan mereka berpendapat bahwa pertarungan tersebut sama kuatnya. Hal ini menyebabkan terjadinya keributan dan berujung pada perkelahian yang mengakibatkan korban di pihak Bone lebih banyak dibandingkan korban di pihak Wajo. Dengan adanya perkelahian tersebut Raja Bone menuntut kepada Wajo agar La Madukelleng menyerahkan diri untuk mempertanggungjawabkan atas perbuatannya yang dianggap salah. Akan tetapi orang Wajo tidak bersedia memenuhi permintaan Raja Bone. Sebelum Kerajaan Wajo diduduki pasukan Bone, karena tidak mau dijajah La Maddukeleng beserta para pengikutnya merantau meninggalkan Wajo untuk menghindari balas dendam yang akan dilakukan oleh Kerajaan Bone.
La Madukelleng dalam perantauannya dengan bermodalkan tiga ujung; ujung lidah sebagai bekal diplomasi, ujung badik untuk bertarung, dan ujung kelamin melalui perkawinan. Ia malang melintang di negeri orang mengukir kejayaan orang Bugis secara turun menurun. Dengan modal tersebut La Maddukeleng beserta para pengikutnya dan delapan orang bangsawan menengah, yaitu La Mohang Daeng MangkonaLa Pallawa Daeng MarowaPuanna DekkeLa SiarejeDaeng ManambungLa Manja Daeng Lebbi,La Sawedi Daeng Sagala, dan La Manrappi Daeng Punggawa berangkat dari Paneki, dan pada awalnya menetap di Tanah Malaka (Malaysia Barat). Kemudian pindah dan menetap di wilayah Kerajaan Paser tepatnya di Muara Sungai Kandilo selama sepuluh tahun, sebelum kembali ke Wajo dan diangkat menjadi Raja di Kerajaan Wajo.
Namun, setelah rombongan tersebut menetap di tempat tersebut, jauh di tanah Sulawesi Selatan berhubung tanah Wajo telah diduduki oleh Kerajaan Bone, banyak pula warga Wajo yang meninggalkan kampung kelahirannya mengikuti jejak rombongan La Madukelleng untuk berlayar menuju tanah Paser, sementara sebagian rombongan yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona menuju ke tanah Kutai dan membentuk pemukiman yang menjadi cikal bakal berdirinya Kota Samarinda. Dengan adanya peristiwa tersebut banyak pula orang Bugis yang pada awalnya berasal dari Wajo, saat itu bermukim dan terlibat dalam perdagangan di sekitar Sungai Kandilo.
Dalam keseharian rombongan orang Bugis-Wajo yang bermukim di pinggiran Sungai Kandilo sering mendengar suara arus yang sangat deras dari arus sungai yang menimbulkan suara gemuruh. Dari keadaan itulah orang Bugis-Wajo menamakan pemukiman mereka dengan sebutan Tanah Geroro-E (Geroro-E : suara gemuruh). Dari istilah inilah para Sultan Kerajaan Paser pada saat itu kemudian sering menyebut dengan Tanah Geroro-E yang lama kelamaan diperkirakan menjadi cikal bakal sebutan KotaTanah Grogot.
Selanjutnya ketika di Kota Tanah Grogot sudah banyak orang Bugis yang bermukim di sepanjang Sungai Kandilo, datang pula utusan Belanda yang tertarik untuk mengadakan usaha perdagangan di Kota Tanah Grogot sekitar tahun 1829 M. Hal ini dikarenakan kondisi perniagaan Paser pada saat itu sudah cukup ramai dan strategis. Pedagang Belanda yang bernama Alexander Van Soow mengajukan permohonan langsung pada Sultan Kerajaan Paser untuk meminta izin membangun sebuah rumah sebagai tempat usaha untuk menjual garam dan candu. Dalam permohonannya tersebut berhubung lidah orang Belanda tidak bisa menyebut Tanah Geroro-E maka pada akhirnya disebut Tanah Grogod.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebutan Tanah Grogod tersebut lama kelamaan ejaannya disempurnakan menjadi Tanah Grogot. Dengan berjalannya waktu karena kondisi Kota Tanah Grogot semakin ramai setelah dihuni oleh orang Bugis, selanjutnya datang juga orang BanjarJawa, dan sebagainya yang menyebabkan penduduk Kota Tanah Grogot semakin banyak. Penduduk tersebut lebih dominan berasal dari Bugis dan Banjar, sehingga kebudayaan mereka cepat membaur dengan penduduk asli Suku Paser. Maka dari itu tidak mengherankan bahwa pada saat ini dapat dijumpai perpaduan budaya pada orang Paser di Kota Tanah Grogot. Seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya penduduk yang datang hingga Kota Tanah Grogot terus berkembang pesat. Pada akhirnya berdasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 1959 pada tanggal 29 Desember 1959, Kota Tanah Grogot diresmikan sebagai ibukota Kabupaten Paser.

Pembagian administratif

  1. Kelurahan Tanah Grogot
  2. Desa Janju
  3. Desa Sempulang
  4. Desa Tepian Batang
  5. Desa Tanah Periuk
  6. Desa Pepara
  7. Desa Sungai Tuak
  8. Desa Rantau Panjang
  9. Desa Jone
  10. Desa Padang Pengrapat
  11. Desa Muara Pasir
  12. Desa Sungai Langir
  13. Desa Perepat
  14. Desa Pulau Rantau

Referensi

Galeri

TMP Daya Taka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar